Senin, 19 April 2010

tugas ujian praktek


Landasan Bimbimngan Konseling

Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien).

Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak para penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya.

Berbagai kesalahkaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam layanan bimbingan dan konseling selama ini,– seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling sebagai “polisi sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan dan konseling,- sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan penguasaan konselor.tentang landasan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan secara asal-asalan, tidak dibangun di atas landasan yang seharusnya.

Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling.

B. Landasan Bimbingan dan Konseling

Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan pendidikan secara umum.

Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut:

1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat .(Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :

  • Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
  • Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
  • Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
  • Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
  • Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
  • Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
  • Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
  • Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
  • Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.

Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.

2. Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.


Minggu, 18 April 2010

Artikel Lingkungan Hidup

Bahasa Pohon Selamatkan Bumi

Banyak cara dapat kita lakukan untuk menyelamatkan Bumi yang kian rapuh. Salah satunya dengan menanam pohon, sang primadona efek pemanasan Bumi, penyelamat lingkungan.

Pohon adalah salah satu keajaiban alam terhebat. Semua ajaran agama dengan tegas menempatkan pohon menjadi simbol dan sumber kehidupan manusia. Relief-relief di Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan candi-candi lain melukiskan pohon dalam kehidupan kita. Sakral dan romantis. Cinta dan kedamaian terukir dengan menanam pohon dan segala aktivitas kehidupan di bawah pohon. Kebencian dan anarki dilukiskan dengan menebang pohon.

Pohon adalah pembentuk ruang paling dasar (akar dan tanah = lantai, batang = tiang, ranting dan daun = atap) yang menciptakan keteduhan agar manusia dapat melakukan aktivitas di bawahnya. Sang Buddha Gautama merenung hening di bawah pohon Bodi (Ficus religiosa). Para murid yang sekolahnya ambruk tetap dapat belajar di bawah kerindangan pohon.

Bumi dan perempuan adalah satu. Kata bumi sendiri berkonotasi perempuan. Bumi tempat pohon berpijak menghujamkan akarnya. Bumi, pohon, dan perempuan menginspirasi Sutradara Garin Nugroho untuk membuat film terbarunya berjudul Under The Tree. Bagi Garin, pohon mempunyai banyak makna yang menjadi bagian tak terlupakan dalam kehidupan semua orang di Bumi. Pohon dan perempuan juga telah mendorong Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Sepuluh Juta Pohon (1/12/2007) untuk menyelamatkan Bumi.

Pohon Beringin
Pohon Beringin

Pohon Beringin (Ficus benjamina) dipilih sebagai lambang Persatuan Indonesia, sila ketiga Pancasila. Pohon kalpataru (Barringtonia asiatica), pohon kehidupan, dijadikan simbol penghargaan bagi pahlawan pelestarian lingkungan hidup. Meski bukan partai hijau, sebuah partai politik besar justru memakai lambang pohon beringin untuk mencitrakan partai yang memberi keteduhan kepada rakyat.

Pusat-pusat kota di Jawa ditandai dengan dua pohon beringin kurung di alun-alun sebagai titik nol kota. Pohon kamboja (Plumeria alba) banyak ditanam di pura-pura suci di Bali atau di tanah pemakaman di Jawa.

Sebutan kota-kota kita juga ada yang berasal dari ciri khas pohon-pohonnya, seperti Semarang (pohon asam yang ditanam jarang-jarang), Bogor yang identik dengan pohon kenari. Begitu pula sejumlah kawasan di Jakarta, dulu Sunda Kelapa (Cocos nucifera), kawasan Menteng (Baccaurea recemosa), Cempaka Putih (Michelia alba), Karet (Ficus elastica), Kemang (Mangifera caecea), Kelapa Gading (Cocos capitata), Kapuk (Ceiba petandra), Kosambi (Schleichera oleosa), atau Kebayoran (Bayur = Pterospermum javanicum).

Tetapi pohon-pohon kini merana karena tumbang ditiup angin atau ditebangi tanpa terkendali. Padahal, pohon wajib dilindungi dan dilestarikan apa pun alasannya. Menebang pohon sama saja mempercepat ajal kita.

Global Warming
Global Warming effect

Pada era pemanasan Bumi dan berbagai bencana alam (banjir, tanah longsor, pencemaran udara, krisis air) terjadi, gerakan penanaman pohon besar yang lebih banyak lagi merupakan hal mutlak. Pohon berjasa menahan air dalam tanah, mencegah erosi dan longsor, menjadi habitat bagi beragam makhluk hidup, memproduksi oksigen, menyerap karbondioksida–gas rumah kaca penyebab pemanasan global–menyaring gas polutan, meredam kebisingan, angin dan sinar matahari, dan menurunkan suhu kota.

Menanam pohon sebenarnya berbicara tentang kearifan konsumsi-investasi, menjamin kelangsungan lingkungan hidup warga dan kota. Selalu ada alternatif penyelesaian cerdas dalam membangun kota tanpa harus menebangi pohon jika kita mau berpikir panjang. Seluruh warga hendaknya berpartisipasi menggerakkan lompatan besar menghijaukan kota melawan proses penggurunan kota (hutan beton).

United Nations Environment Programme (UNEP, 2007) berkampanye “Plant for the Planet: Billion Tree Campaign”, sebagai salah satu upaya memulihkan kondisi Bumi dari pemanasan global melalui gerakan menanam pohon (http://www.unep.org/billiontreecampaign). Di kita, gerakan penghijauan masih sekadar seremonial belaka. Terbengkalai, tidak dipelihara, dan mati.

Plant for future
Tanam untuk masa depan

Menanam pohon ada aturannya, tidak asal tanam. Penanaman pohon mensyaratkan kecocokan jenis pohon (pantai, dataran rendah, pegunungan), fungsi (ekologis, ekonomis, estetis), ketepatan cara (standar keamanan dan keselamatan), waktu penanaman, penyediaan, pemilihan, dan pendistribusian (dalam jumlah besar), serta pemeliharaan pascatanam. Penanaman harus memerhatikan segi estetika arsitektural, lanskap visual kota, peran maksimal terhadap lingkungan, aman terhadap konstruksi, batang tak mudah patah, dan berumur panjang (ratusan tahun).

Pohon-pohon pengikat tanah dan penyimpan air tanah ditanam di lahan kritis yang rawan longsor dan erosi. Pohon bakau memagari kawasan tepian pantai hingga menyusup ke jantung kota melalui bantaran kali untuk mencegah intrusi air laut, menahan abrasi pantai, menahan air pasang, angin dan gelombang besar dari lautan lepas, mencegah pendangkalan dan penyempitan badan air, menyerap limpahan air dari daratan (saat banjir), menetralisasi pencemaran air laut, dan melestarikan habitat tiga ekosistem hutan bakau yang kaya keanekaragaman hayati.

Jenis pohon tertentu terpilih sebagai pohon penyelamatan (escape trees) yang ditanam di sepanjang jalur evakuasi bencana (escape route) menuju taman atau bangunan penyelamatan (escape building) lainnya. Penanaman pohon besar di sepanjang jalur hijau jalan, jalur pedestrian, bantaran rel kereta api, jalur tegangan tinggi, serta jalur tepian air bantaran kali, situ, waduk, tepi pantai, dan rawa-rawa akan membentuk infrastruktur hijau raksasa yang berfungsi ekologis. Kota pohon memberi keteduhan pada pejalan kaki dan penunggang sepeda.

Berbagai penelitian membuktikan, 1 hektar ruang terbuka hijau (RTH) yang dipenuhi pohon besar menghasilkan 0,6 ton O2 untuk 1.500 penduduk/hari, menyerap 2,5 ton CO2/tahun (6 kg CO2/batang per tahun, menyimpan 900 m3 air tanah/tahun, mentransfer air 4.000 liter/hari, menurunkan suhu 5°C-8°C, meredam kebisingan 25-80 persen, dan mengurangi kekuatan angin 75-80 persen. Setiap mobil mengeluarkan gas emisi yang dapat diserap oleh 4 pohon dewasa (tinggi 10 m ke atas, diameter batang lebih dari 10 cm, tajuk lebar, berdaun lebat).

Pemerintah perlu menyurvei ulang, mendeteksi tingkat kesehatan dan keamanan, serta mengambil tindakan perawatan, pemeliharaan, dan asuransi pohon. Unit reaksi cepat perlu tanggap memberi pertolongan darurat, memangkas pohon sakit atau rawan tumbang, menyingkirkan pohon tumbang, mengangkut, dan mengolah sampah pohon, serta didukung standar kinerja, kompetensi pekerjaan, sertifikasi tenaga pengawas, dan pelaksana pemeliharaan pohon. Ini agar warga kota tidak paranoid, takut pohon tumbang saat musim hujan tiba atau ada angin puting beliung.

Melindungi pohon
Melindungi pohon

Pemerintah bersama masyarakat dapat memelihara dan melindungi pohon. Kita dapat mengadopsi dan menjadi orang tua angkat pohon-pohon besar di depan rumah.

Ada beberapa pohon yang layak tanam untuk kota besar seperti Jakarta, yaitu pohon trembesi/Ki Hujan (Samanea saman), asam (Tamarindus indica), mahoni (Swietenia mahogani), tanjung (Mimusops elengi), atau bintaro (Cerbera manghas). Selain itu, pohon buah-buahan yang menarik bagi burung dan tupai dapat pula ditanam di lingkungan rumah kita, seperti pohon mangga (Mangifera indica), sawo kecik (Manilkara kauki), rambutan (Nephelium lappaceum), nangka (Artocarpus integra). Kawasan pantai dapat ditanami waru laut (Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuarina equisetifolia), nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang (Terminilia cattapa).

Kita tidak akan pernah dapat menghargai pohon selama kita tak pernah mendengarkan bahasa pohon. Seperti pepatah bijak dari China 500 SM, “jika engkau berpikir untuk satu tahun ke depan, semailah sebiji benih, jika engkau berpikir untuk sepuluh tahun ke depan, tanamlah sebatang pohon”. Ingat pula, kata Al Gore, “Plant trees, Lots of trees,” (An Inconvenient Truth, Al Gore, 2007).

Kamis, 04 Maret 2010

sambut citaku

ku ingin meraih mimpiku yang telah lama ku cita
dan ku akan terus berusaha walau halang rintang menghalang
sampai kini ku berdoa kepada sang tuhan
agar semua tercapai citaku.....

identitas saya

nama;solikhin erfanto
kelas ;9a
no. ;23